Kuliah Umum Strategi Kebijakan Pembangunan Daerah di Wiliyah Lahan Kering, Kepulauan dan perbatasan Nusa Tenggara Timur
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR:
Pertanian Lahan Kering, Daerah Kepulauan, Kawasan Perbatasan Internasional
Prof. Daniel D. Kameo, PhD
Kuliah Umum Pembangunan Daerah
Program Pascasarjana UNDANA
Kupang, 11 November 2024
ARAH DAN POLITIK PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA Stakeholder utama: Negara/Pemerintah, Perencanaan Pembangunan (dari Rancangan sampai Analisis dan Evaluasi) merupakan domain negara/pemerintah, Oleh karna itu: Perencanaan Pembangunan adalah Keputusan Politik; Perencanaan Pembangunan sangat mempengaruhi dan atau menentukan politik anggaran; Peran Lembaga Eksekutif dan Legeslatif sangat crusial, (Perencanaan) Pembangunan di daerah merupakan bagian tidak terpisahkan dari rencana Pembangunan nasional.
POSISI/KONDISI NTT SAAT INI ? TANTANGAN : Penduduk miskin 19.96 % (1.240.000 jiwa), Penduduk miskin ekstrim 2022: 6,5 % (370.460), Anak stunting 2023: SSGI = 35,3 %; Dinas Kesehatan NTT = 15 %, Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 2023: 340.000 unit; Tidak memiliki rumah 90.535 KK (REI NTT), Tempat tinggal dengan sanitasi tidak layak: 25 %. KEKUATAN/POTENSI (EKONOMI): Pertanian bahan pangan: padi,jagung, sorghum, Peternakan: sapi, babi, kambing, ungags/ayam, Kelautan dan Perikanan: garam, rumput laut, perikanan tangkap, Pariwisata: obyek wisata alam.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN BASIS EKONOMI NTT YANG KOKOH : Inclusive, Local-resource based, Sustainable, Membangun dan ‘kuasai’ sektor HULU: bibit (varitas local, perbaikan genetic), pupuk, pakan ternak, melalui R&D, inovasi, pengembangan teknologi, Modernisasi sektor pertanian: smart/digital farming, research-based agricultural development, Kapitalisasi keunikan dan keunggulan komoditi local: rumput laut, kopi, coklat, Peningkatan kompetensi SDM (petani, penangkar benih, petugas Keswan dan IB).
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN BASIS EKONOMI NTT YANG KOKOH : Meningkatkan nilai tambah (value added) melalui proses hilirisasi, Menekan Import (antar pulau): mengoptimalkan efek multiplier ekonomi melalui upaya minimalisasi kebocoran (impor) belanja barang dan jasa di luar NTT, Pembentukan, penguatan dan pemberdayaan berbagai bentuk kelembagaan ekonomi masyarakat: BUMDES, Koperaasi, Kelompok Tani, Asosiasi, Kolaborasi antar stake-holders: G-C-B-A-LSM-M (dalam satu ecosystem atau HELIX); dan pengadaan infrastruktur konektivitas untuk menunjang sinergi antar wilayah kepulauan NTT, Scaling up à Penerapan prinsip skala keekonomian (economic of scale).
KEBIJAKAN POLITIK : Manfaatkan ‘momentum politik’ Pembangunan nasional: proaktif dalam pelibatan peran pemerintah pusat (dukungan kebijakan dan anggaran), Dukungan Regulasi, Keberpihakan: melalui belanja pemerintah (e-catalog à rekanan), Negara/Pemerintah Hadir: membasmi mafia impor dan dominasi korporasi besar dalam kegiatan produksi dan perdagangan local, Dukungan (nasionalisme) masyarakat: menghargai dan mencitai (menggunakan) produk/komoditi local.
Latar belakang SEZ atau FTZ RI-RDTL : Kapitalisasi dan optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya RI-RDTL, Fisik infrastruktur: Pelabuhan laut, Pelabuhan udara kelas internasional, Sumber daya alam: pertanian, peternakan dan kemaritiman (blue economy), sumber daya manusia, Pembangunan berbasis EBT (green economy): Rencana engembangan listrik tenaga surya 3-5 giga watt di Pulau Sumba, Pemanfaatan preferensi bebas tariff dan quota export bagi RDTL sebagai salah satu negara LDC.
PRINSIP PEMBANGUNAN GT-SEZ DAN DAYA SAING adalah PRINSIP PEMBANGUNAN : INCLUSIVE, LOCAL RESOURCE-BASED, SUSTAINABLE. DAYA SAING adalah Keungulan komparatif: melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan Keunggulan kompetitif: melaui efisiensi kolektif dan kemudahan tarif/quota RDTL.